d.e.p pengisi ruang kamarku

ia adalah anugerah kehidupan api kecantikannya telah membakar ruang kamarku aku terus berlari dan berlindung dibalik bingkai fotonya
--suatu malam di rumah temu yang penuh dengan keindahan dan kedamaian, didalamnya tersimpan foto cantik perempuan sendu --
saudara-saudara jiwaku yang berontak, telah tahukah kalian tentang kebahagiaan hatiku ?
apakah aku harus dengan bangga tertawa angkuh dihadapan kalian ?
apakah aku harus berlarian dan berteriak keras dihadapan kalian ?
ataukah aku harus ceritakan tentang pakaian hitam yang selalu aku kenakan ?
baiklah akan aku ceritakan tentang kebahagiaan hatiku.
nah, sebelum mulai bercerita; dilemari sana dapat kalian lihat foto seorang wanita cantik. lihatlah, pandangilah dengan seksama. lihatlah ranum pipinya, dan indah bola matanya.
sekarang aku akan ceritakan ihwal kehidupannya yang membuat aku terus berbahagia dan kegirangan di balik bingkai fotonya.
suatu malam dipusat kota Bandung, seperti biasa di akhir bulan oktober angin semilir menyelimuti kota ini.
aku sedang terbaring didalam kamarku yang mulai menyesakkan.
dibawah langit-langit kamarku yang mulai rapuh, aku mulai terlelap tidur.
dalam tidur lelapku aku bermimpi menemukan sari-sari indah wajah perempuan cantik itu.
yang membuat aku heran, perempuan itu telah hadir dimimpiku untuk kesekian kalinya.
saat itu aku terbangun dan berkata dalam tanya
"perempuan cantik itu, kenapa harus ia yang aku jumpai dalam tidurku?".
lalu dalam pikirku keluar kata "perempuan itu bukan hanya cantik, tetapi ia memang tercipta untuk hadir dalam tidur mu".
tetapi mengapa dia datang hanya dalam tidurku saja?
pikirku kembali menjawab "dia tidak hanya datang dalam mimpimu, sebenarnya ia datang di setiap detik hidup mu".
betulkah ?
lagi-lagi otakku memberi jawaban "betul sekali, hanya saja kamu malas untuk mengakuinya, kamu sepertinya enggan untuk mengatakannya, kamu sebenarnya segan untuk membenarkannya, kamu sebenarnya masih mengagungkan keakuan mu".
lalu apa yang harus aku lakukan ?
pikirku menjawab lagi dengan nada yang meninggi
"jangan pernah malas mengakuinya, jangan pernah enggan mengatakannya, jangan sesekali segan membenarkannya, dan jangan terlalu merasa agung dengan keakuan mu".
"baiklah jika memang itu yang harus aku lakukan, aku akan melakukannya. aku tak akan malu untuk mengakuinya, aku tak akan enggan mengatakannya, dan aku akan membuang semua keakuanku !".
hingga mulai fajar aku tetap termenung di atas ranjangku yang mulai membatu.
pikirku berkata lagi
"wahai jiwa yang memberontak jika kamu memang akan membuang keakuanmu, buanglah dan jangan biarkan ia menggerogoti kembali ruang kalbumu. sekarang kau carilah perempuan itu dan cari tahulah tentang dirinya !".
aku pergi dari ruang kamarku dan melangkah dengan kepastian dan jiwa yang merdeka.
siang itu, kutemui perempuan itu, kutanyakan padanya tentang dirinya. kemudian dengan serta merta ia telah berhasil membongkar topeng ketidaktahuanku.
ketika ia melemparkan senyumnya, itulah saat-saat yang paling indah bagiku; saat sang waktu menelan bulat-bulat ragaku, saat air memecah batu, saat lilin diberi nyala api.
ia kemudian terduduk diatas rumput dan membalas semua tanyaku, "akulah sang dewi waktu yang akan menjemput jiwa-jiwamu dan menghapus kutukanmu, dimanakah aku harus menjemputmu nanti, wahai jiwa terselubung sendu ?".
aku menjawab, meski dengan terengah karena wangi nafasnya telah menyedot suaraku "kau tak usah menjemputku, karena setelah tahu siapa engkau aku akan dengan serta merta mencari keberadaanmu dalam kabut ruang hati ku".
selang waktu berikutnya kutemui lagi perempuan cantik itu di lembah tempat Kais si gila menemukan cintanya.
hal itu terulang sampai beribu-ribu selang waktu berikutnya.
di sudut ruang kamarku ini perempuan itu pernah menginjakkan kakinya dan menebar tawanya.
di sudut ruang kamarku ini pula aku pernah berbisik dalam doaku, semoga Tuhan Sang Pengatur Waktu dapat mengekalkan perkenalanku dengannya.
sejenak setelah Tuhan mengabulkan doaku dan mengekalkan perkenalanku dengan perempuan itu aku makin yakin bahwa suatu saat Ia akan melepaskan kutukanku melalui perempuan itu juga.
hari itu di awal bulan november aku menemuinya dilembah tempat ia bersemayam. aku datang beserta ranumnya buah kehidupan.
"ini aku, tataplah mataku dan kenalilah siapa aku dan apa artinya aku bagi hidupku !" dari balik semak-semak di lembah itu kudengar suaranya. "kaulah sang hidup, dan aku terlahir untuk melepas kutukanmu !"
begitu seterusnya hingga ia selalu hadir disela-sela ruang kamarku.
meski pada akhirnya aku jarang menjumpainya, karena aku menganggap bahwa ia adalah anugerah kehidupan. pertemuan terus menerus dan rayuan-rayuan sendu, lama kelamaan hanya akan menghapuskan kesejatiannya.
begitulah ihwal perempuan itu yang membuat aku selalu kegirangan dan pada akhirnya ia menjadi bagian dari cerita hidupku.
nah, saudara-saudara itulah ceritaku
dan maafkan bila aku berbicara terlalu panjang.

bandung, 27 januari 2001
anggawedhaswara

0 komentar: