Untukmu sahabatku..





Apa kamu baik-baik saja kawan? Tak lagi ku dengar kabarmu sejak terakhir kita berbincang melalui kiriman pesan-pesan hidup di layar laptopku. Kemarin beberapa kali kamu coba menghubungi aku, sayang sinyal telepon genggam kita ternyata sedang menyebalkan. Tak satu pun nomor kita yang bisa dihubungi. Akhirnya kamu menggutarakan maksudmu di pesan-pesan hidup itu. Kamu mengajak aku dan lelakiku untuk bertemu malam itu, menghabiskan waktu bersama.

Dari perbincangan kita sepertinya ada yang sedang mengusik hati dan pikiranmu. Terlebih setelah aku membaca status yang kamu pasang di salah satu jejaring sosial yang tak pernah sekali pun aku alpa untuk sekedar membukanya. Aku kemudian menyanggupi untuk bertemu malam itu. Kebetulan aku juga butuh mendinginkan otak dan hatiku, dan udara malam terkadang bisa sangat membantu.

Aku telah mempersiapkan semangkuk tawa untuk sekedar menghiburmu. Memang sering kali saat kita bertiga; kamu, aku dan lelakiku, berkumpul selalu saja aku yang dijadikan objek penderita. Kalian bertiga berkoalisi untuk mengerjaiku. Tapi tak mengapa. Aku sama sekali tidak keberatan. Terutama jika itu bisa membuat kalian bahagia. Tak ada rasa tersinggung atau marah, karena aku tahu itu semua hanya candaan dan mungkin itulah salah satu bentuk sayang kalian terhadapku. Dua lelaki, yang satu lelakiku dan satu sahabat baikku.

Tapi rencana hanya tinggal rencana. Semua tidak berjalan mulus malam itu. Lelakiku tidak datang. Dia tertidur karena sakit dan aku tidak tahu itu. Egoku mengatakan dia telah mengingkari janjinya dan aku kecewa. Kami terlibat sedikit salah paham dan aku hanya bisa menangis. Waktu terus berdetak. Aku teringat janjiku untuk menemanimu malam itu. Dalam isak tertahan aku mencoba menghubungimu lewat telfon. Sayang, tak ada jawaban. Akhirnya aku kirimkan beberapa pesan singkat ke ponselmu. Tak juga ada balasan.

Malam itu aku menangis sejadi-jadinya. Aku kecewa karena lelakiku mengingkari janjinya dan mengabaikan semua pesan singkat yang aku kirimkan. Aku kecewa karena tak bisa temani sahabatku saat ia sedang gundah. Aku khawatir kamu kembali melakukan hal bodoh. Malam itu, tak sedikitpun mataku bisa terpejam.

Keesokan harinya, aku merasa gagal. Aku tak bisa menyajikan secawan tawa untuk lelakiku dan semangkuk lainnya untukmu. Aku merasa sendiri dan aku mengkhawatirkanmu. Berkali aku mencoba menghubungi ponselmu dan berkali pula aku mendengar suara operator yang memberitahu nomer ponselmu sedang tidak aktif. Aku semakin khawatir.

Malam ini, semua kesalahpahaman dengan lelakiku sudah terselesaikan. Tapi kekhawatiranku padamu tetap tak berkurang. Maish saja kamu menghilang. Tak sekalipun aku melihatmu online di situs jejaring sosail yang aku kunjungi. Ponselmu pun masih tak bisa dihubungi.

Kawan, apa kamu baik-baik saja? Aku tidak bisa tahu apa yang tengah kau lalui saat ini. Aku tidak tahu apa yang mengusik hati dan pikiranmu saat ini. Tapi jangan khawatir, aku juga tidak akan memaksamu untuk bercerita. Aku hanya akan ada di sini. Aku akan ada di sini di saat kamu butuh telinga untuk mendengarkan semua keluh kesahmu. Aku akan ada di sini saat kamu butuh secangkir teh untuk temani sore harimu. Aku akan selalu ada di sini kapanpun kamu membutuhkan seorang sahabat.

Aku hanya ingin kamu tahu bahwa semua akan baik-baik saja. Tak ada masalah yang tak ada jalan keluarnya. Dan kamu tidak sendiri. Hidup tidak selalu indah, tapi jangan pernah menyerah kawan! Aku percaya kamu akan bisa melalui semua masalahmu dengan baik. Aku percaya kamu akan baik-baik saja.
^_^



By:Dini Nurdiyanti/Skandal

0 komentar: