where the fire goes?


pada awalnya sebuah gagasan terbentang

bahwa kehangatan api mampu:
membuat ruang jiwa menjadi hangat temaram,
mengubah tunas-tunas rasa menjadi cerita cita menyatu,
membakar ilalang hati dan membentuk persemayaman baru..

namun entah mengapa:
ruang jiwa selalu terancam oleh dinginnya malam,
tunas-tunas rasa itu tak selalu semuanya bersemi,
dan ilalang hati pun selalu datang tanpa ditabur..

seharusnya aku terus mencoba:
membuka jendela diri dalam komunikasi pada mentari,
menyirami rasa itu dengan kasih sayang embun pagi,
mendasari hati dengan perhatian dan sukacita..

lalu, kenapa api itu tetap pergi?
kemana perginya percikan api itu?

mungkinkah itu terjadi karena aku:
terlena menutup rapat dari hembusan angin malam..?
terlalu banyak titik embun hingga jenuh tergenang..?
membangun alas yang tak lebih kuat dari akar penggangu..?

apakah benar hanya aku?
tidakkah akan lebih kuat bila pilar dan genting menyatu kokoh?
tidakkah aku memilih menjaga keindahan taman untuk kesegaran engakau dan aku?
tidakkah keyakinan ini telah aku bangun bahkan sebelum sepotong batu pun ku letakkan?

mari.. sambut tanganku,
mari.. ciptakan kehangatan itu,
dari sentuhan tangan kita yang kosong..
dengan hati yang jernih..
dan pikiran yang ingin..



NB: ditulis sambil diiringi lagu Summertime - Janis Joplin



 By : Hendrik J Silitonga/Skandal

0 komentar: