Di surga kecil milik kita.

Waktu kala bersamamu berlalu dengan cepat
tak terasa sudah berjam-jam kita di sini
berbagi hal pertama yang kita rasakan
nikmati sunyi di surga kita

Aku masih ingin di sini dalam pelukmu
di bawah langit bersaput awan
dan kabut yang perlahan turun
menutup bukit kecil hijau nan damai

Jauh dari keramaian dan hiruk pikuk kota
hanya ada aku, kau dan penjaga warung
ditemani segelas cappuccino dan jagung bakar
serta suara alam yang memanggil dikejauhan

Semua terlalu sempurna tuk ditinggalkan
diamlah sejenak di sini bersamaku
tetaplah peluk aku dan jangan lepaskan
agar dapat kunikmati setiap detak jantungmu

Langit terlalu indah tuk tak kupandang
begitupun indahnya setiap lekuk wajahmu
sedikitpun tak ingin terlewatkan
semua keindahan yang ada dihadapku kini

sayang, waktu berlalu terlalu cepat
tak terasa kabut sudah kian mendekat
menutup hampir separuh jalan
yang kan kita lalui nanti

Kita sudah harus pulang, sayang
kembali ke peradaban dan realita
meninggalkan segurat indah kenangan
tuk jadi cerita di satu sore hari nanti

By:Dini Ahmad/Skandal

Asa

Dalam malam kuramu asa
menjelmakan kasih yang penuh
tanpa terputus ketidakyakinan.

Sesaat kubiarkan anganku bertualang
dengan ilalang...
dengan belalang...
dengan benang-benang...
dengan kenangan...
ada kegilaan tanpa pecundang
yang menggelitik dengan pedang
ada keceriaan tanpa centang perentang
yang menggumuli ketika pulang
ada kekusutan perjuangan yang harus menyatu dalam perang
ada gambar yang harus ku undang
hingga ku ingin lalui padang gemilang.

Sesaat ku biarkan ragaku terbenam
jalani kekinian yang tampak
sampai visi-visi memenuhi kepala dalam langgam
sampai penyemaian asa tak lagi dalam.
Dengan geliat di kepagian
Dengan nikmat di kepenatan
Dengan keluhan panjang pada malam.

Pernah ku gapai gambar dua dimensi
menjadi tiga...malah sampai empat.
Walau ada onak tertancap dalam tak tercabut
kemudian sampai pada kisi-kisi ketakberdayaan.

Ku biarkan angan kembali meramu asa yang terputus
Ku biarkan raga kembali bertempur
mengakali rambu yang kadung terpasang
Tak ku biarkan kelam usang terulang walau katanya selalu ada arti.

dalam malam ku ramu asa
menjelmakan kasih yang penuh
tanpa terputus ketidakyakinan
sebab jiwaku sudah tergadai
Tuntas...

Tanjung Karang - Ampenan,1997
Davesis

Terima kasih

Telah mengajariku membedakan yang benar dan salah.
Mendorongku untuk mempertahankan mimpi-mimpiku.
Menunjukan padaku untuk tidak terpengaruh oleh rintangan.
Dan untuk mengubah kebingunganku menjadi senyuman.

Telah mengatakan bahwa kalian menyayangiku.
Menunjukkan betapa istimewanya cinta itu.
Membisikkan padaku,"Aku sayang padamu".
Telah menghapuskan air mataku kala aku sedih.
Memelukku ketika aku merasa sunyi.
Menenangkanku ketika aku ingin marah.

Telah membantu sesama dengan perbuatan baik kalian.
Mengajariku, bahwa akupun mesti menolong sesama.

Terima kasih keluargaku,
atas segala yang kalian lakukan.
Entah apa jadinya aku tanpa kalian.

Panggilan Tanah itu

Pernah kutanyakan pada malam
Kemanakah angin laut yang selalu datang?
Pernah kutanyakan pada hujan
kapankah lagi bisa merangsang katak-katak berlagu?
Pernah kutanyakan pada hari
Siapakah dia yang selalu hadir penuh tawa?
Pernah kutanyakan pada tanah itu
Akankah kembali mengajakku bergumul?

Mereka masih meminang rasa rindu ini
Sarat sapa....
Sarat tanya...
Sarat sua...

Subang,Sept 2000
Davesis

Catatan: Puisi diambil dari Bulettin SIAH edisi 1,23 Maret 2001

Inisiatif Maju

Inisiatif, aktif dan bertanggung jawab adalah baru sekedar langkah awal untuk meniti jalan menuju kemajuan. Hal ini merupakan sikap yang seharusnya di miliki oleh setiap orang apabila ingin memperbaiki hidupnya.

Mempunyai inisiatif di T'Ah sangat diharapkan dari setiap anggota-anggotanya demi kemajuan perjalanan T'Ah dan tentu saja inisiatif tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara moriel dan materiel.

Disadari atau tidak. Kadang kita telah terlena oleh masalah-masalah yang sebenarnya biasa-biasa saja tetapi menjadi besar karena keterlenaan itu (atau lebih konyol lagi adalah ketidakpedulian). Sudah terlalu lama kita loyo dan ongkang-ongakng kaki melihat situasi yang ada.

Pernahkah kita di hadapkan pada pertanyaan:" Gimana kabar T'Ah sekarang?" Jawabannya dengan sedikit malu dan tanpa menggunakan bahasa verbal tentunya. Nyengir! Tapi dalam hati bisa kita menjawab :" Sejauh ini kita(T'Ah) hanya baru bisa mengangkat kaki, tidak maju dan tidak mundur. kita masih belum bisa menapakkan kedua kaki kita." Duh, betapa puitis dan diplomatis jawabannya.

Sepertinya kita harus teringat ketika PestaA dulu, kita mendapat perintah :"Masak Nasi!" langsung saja kita mengambil berasnya, membersihkannya, mengaroninya, menanaknya kemudian menyajikannya pada sebuah bakul bila sudah matang. Ketika mendapat perintah itu, toh kita tidak mempertanyakan dimana berasnya? mana pancinya? air nya dimana? dan lain sebagainya. Begitupu ketika kita diamanati " Jaga keluarga kita. Lestarikan T'Ah" sebetulnya kita tidak perlu bertanya, bagaimana caranya? Bilamana kita melakukannya? Begitu banyak pertanyaan yang seharusnya bisa di jawab oleh diri sendiri. Menjaga dan melestarikan T'Ah, keluarga kita itu sudah mencakup keaktifan dan inisiatif yang kreatif untuk maju.

Bangun....Bangun....!!
Sudah saatnya kita bangun dan cuci muka. Sudah cukup keteledoran dan kepilonan kita yang sudah menelantarkan keutuhan keluarga kita.

by : Ujangkot


Catatan : Tulisan diatas diambil dari SIAH (Sarana Informasi AH) edisi 2, Maret 1997. Dengan mengedit tulisan ini disana-sini sepertinya tulisan tersebut yang ditulis 12 tahun yang lalu, tapi contentnya masih relevan dengan situasi T'Ah sekarang atau ke depan. Mudah-mudahan berkenan. Nuhun, Dar!

Gardu Penolong

Di suatu pantai dengan tebing terjal, dimana kapal karam kerap terjadi. Ada gardu penolong bagi mereka yang mendapat kecelakaan. Gardu ini tidak lebih dari gubuk dan hanya mempunyai satu perahu penyelamat saja. Tetapi orang-orang yang mendiami gardu itu merupakan kelompok yang selalu siap siaga dalam usaha penyelamatan, mengawasi laut, tak peduli akan hidup dan kesejahteraannya, keluar menerjang badai jika ada kapal karam. Dengan demikian banyak orang yang tertolong dan gardu penolong itu menjadi masyur.

Ketika gardu itu menjadi terkenal. Banyak orang yang berkeinginan menjadi anggota dalam karya mulya itu. Dengan relamereka menyediakan waktu dan uang. Anggota baru diterima, kapal baru dibeli, awak baru dilantik. Gubug diganti menjadi gedung yang sesuai sehingga dapat dan layak mengurusi kebutuhan mereka yang diselamatkan di laut.Tapi kapal karam tidak terjadi tiap hari. Dan akhirnya tempat itu hanya menjadi tempat berkumpul saja.

Dengan berjalannya waktu. Para anggota begitu terlibat dalam kesenangan, hingga mereka kurang berminat lagi untuk menolong. Meskipun mereka terlihat seperti kelompok penolong dengan semboyan yang menempel pada tanda pengenalnya. Sebetulnya, setiap kali ada kecelakaan itu merupakan suatu kerepotan, sebab bakal membuat capai dan bahkan akan mengotori lantai yang berkarpet, meja dan kursi. Akhirnya kegiatan sosial kelompok itu bertambah banyak, sedangkan tugas penyelamatan begitu sedikit, sehingga ada unjuk kekuatan pada setiap pertemuan kelompok. Ada yang berbicara bahwa kelompok harus kembali pada tujuan dan kegiatan semula. Ada yang berpendapat, biarlah kelompok ini berjalan seperti yang terjadi saat ini. Bahkan ada pula yang mengusulkan, kelompok ini harus dikembangkan lebih jauh dengan lebih banyak penambahan orang dan kegiatan yang lainnya dengan merubah total seluruh visi dan misi awal agar kelompok ini semakin terkenal.

Kemudian....
Beberapa orang yang mengusulkan untuk kembali pada tujuan semula itu menyingkir. Dan mereka membuat regu penolong di tempat lain yang jauh dari kelompok yang sekarang sudah menjadi besar itu. Dengan terus melanjutkan pertolongan yang biasa mereka lakukan seperti dulu.

BUBUKA (Bumi Butuh Karya) Vol.2

We've got fun,game and letter.

Pendahuluan :
"Surat ini terdiri dari 7 pasal. Surat ini adalah embrio dari Anggaran Dasar Teater Ah,Generasi Taman Bumi Rumah Satu. Saat ini, surat yang harus ditindaklanjuti denga kitab penjelasan dan kitab pedoman penghayatannya pada masa mendatang, resmi diberlakukan 3 maret 2003..
(Duh..!)

  1. Baca, membaca. Baca, pembaca. Baca, kebacaan : Suatu dasar laksana sebuah daratan. Adalah daratan pulau kesadaran di tengah samudra ketidaksadaran. Di pulau itu terdapat sumur, saung, menara dan dermaga.
  2. Atas nama kerinduan, aku hadir di tengah-tengah bumi. Menjadi dan terus menjadi. Hadir...berdiri tegak di atas pijakan antara dua benua dan dua samudra.
  3. Atas nama kerinduan, nafasku adalah cinta. Atas nama cinta, tubuhku adalah kasih sayang berpadu persahabatan. Atas nama kehidupan, hidupku tumbuh perankan perkembangan. Seperti itulah bermain. Tentang makna bermain adalah pembelajaran.
  4. Atas nama nama diri. Kerinduanku laksana sepasang sayap. Sayap realisme personal dan sosial. Tugas perkembangan ialah menjadikannya kokoh, terampil dan kemudian membumi.
  5. Atas nama kerinduan, nafasku ialah cinta. Atas nama cinta, tubuhku adalah ialah kasih sayang berpadu persahabatan. Berteguh..bersetia...bermulia untuk sadar dan menyadari, menghayati dan menjalankan NADA SATYA DARMA TEATER AH.
  6. NADA SATYA DARMA TEATER AH adalah tarian dan nyanyian kehidupan budi dan daya dengan nada dasar Ah Mayor (hhmm...!).Tegasnya yaitu:"Keluarga Besar Teater Ah,Generasi Taman Bumi RoomAh Satu". Pada ketukan "Membesarkan persahabatan dan kasih sayang dan persahabatan" dengan irama "Dari Bumi sampai ke langit".
  • Nada dasar I : Suara Hati dan penjernihan emosi
  • Nada dasar II : Memiliki Prinsip hidup yang kokoh dan mulia.
  • Nada dasar III : Memiliki kepercayaan yang teguh.
  • Nada dasar IV : Memiliki jiwa kepemimpinan yang agung.
  • Nada dasar V : Memiliki jiwa pembelajar yang tidak kenal henti.
  • Nada dasar VI : Selalu berorientasi pada mada depan.
  • Nada dasar VII : Manajemen yang teratur,disiplin,sistematis dan integratif.
7. Atas nama kerinduan pada kehidupan alam budi dan daya yang lebih baik.


Aku menyadari dan akan terus membangun penyadaran, bahwa 'Aku pasti menjalaninya tingkat demi tingkat'.

Aku tidak memilih menjadi insan biasa

Aku tidak memilih menjadi insan biasa
Memang hak-ku menjadi luar biasa
Aku mencari kesempatan bukan perlindungan
Aku tidak ingin menjadi warga yang terkungkung
rendah diri dan terpedaya
karena dilindungi pihak berkuasa.
Aku siap menghadapi resiko terencana,
berangan-angan dan membina untuk gagal dan sukses.

Aku menolak menukarkan insentif dengan derma
Aku memilih tantangan hidup daripada derma
Aku memilih tantangan hidup daripada kehidupan yang terjamin,
kenikmatan mencapai sesuatu, bukan utopia yang basi.

Aku tidak akan menjual kebebasanku,
tidak juga kemuliaanku untuk mendapatkan derma
Aku tidak akan merendahkan diri pada sembarang atasan dan ancaman.

Sudah menjadi warisanku
untuk berdiri tegak,megah dan berani
untuk berpikir dan bertindak untuk diri sendiri.
untuk meraih segala keuntungan hasil kerja sendiri,
dan untuk menghadapi dunia denga berani dan berkata:
"Ini telah kulakukan!"

Segalanya ini memberikan makna seorang insan.


Dean Alfange

BUBUKA (Bumi Butuh Karya) Vol.1

Tulisan ini dibuat oleh Qodar/Transisi pada 24 Maret 2003 yang diserahkan pada Kang David yang sudah dikemas dengan sangat rapih. Tulisan ini merupakan kontemplasi mimpinya di T'Ah yang terdiri dari 3 bagian!Pada saat membaca tulisan ini,awalnya memang membingungkan (sepertinya rekan-rekan lebih mengenal gaya penulisannya!) tapi lama kelamaan terlihat sebuah bayangan harapan yang bisa terwujudkan. Kami tidak akan mengarahkan kemana arah tulisan ini. Silahkan untulkmengintepretasikan sendiri tulisan rekan kita ini. Pusing? Sukuriin!! Karena kamipun butuh 5 tahun untuk dapat menerjemahkannya, itupun menurut versi kami.Entah sesuai atau tidak.Toh dia memberi ruang untuk itu. Dan tentunya ada ruang tersendiri untuk membicarakannya.
"Terima kasih,Dar!Dimana kau sekarang?"

Sebuah cangkir, dengan motif tertentu.Itu adalah media dalam bentuk panggung dan film. Bisa jadi cangkir itu berisi :Kopi susu, Sirup, Jack Daniel, STMJ, Nutri Sari, teh dan lain sebagainya. Imajinasikan penganalogian berikut:
Sekarang, sudah ada cangkir dan air yang hendak dituangkan! Tulisan berikut hanyalah airnya saja, belum termasuk cita rasa di dalamnya.

Hayu Ah... Hayu Ah...Hayu Ah...!
Prak...kucuprak...Napak...Ngaprak...!!!


>>daGOTown,24 Maret 2003,
"Spirit of Bandung Lautan Api"<<



SANG

Apakah anda sudah makan?
Apakah anda sudah digaji?
Apakah anda sudah puas?
Apakah hidup anda layak?
Apakah anda sudah bisa kentut?

Bicaralah pada 'Sang'
Tidak didengar?
Apakah anda sudah berbicara?
Coba bilang sekali lagi pada 'Sang'
Bilang denan suara vokal
Belum didengar juga?
Bilang sekali lagi pada 'Sang' !!

Kami sudah bicara...
Kami sudah ngomong...
Mulut kami sudah berbusa...
Tapi 'Sang' hanya bisa ngomong..
"Diam!"

Bilang sekali lagi pada 'Sang'

Bosan kami berucap....bosan kami bicara...
Suara kami hanya cicitan yang terdengar,
Mulut kami disumpal!
'Sang' hanya mau satu-satu lewat prosedur...

Kami sudah cape !
Kami ingin hidup !
Kami ingin bisa bersuara!
Kami muak...!
Pertanyaan dijawab dengan pertanyaan
Kami jemu...!
Minta jawaban diberi dengan pertanyaan

Hidup memang butuh perjuangan
Dan kami sudah berjuang!
Sudah lelah...sudah cape...
Hisup kami tetap saja sengsara!
Akhirnya kami harus menyerah pada 'Sang'

Bicarakan lagi pada semuanya pada 'Sang' !!

Sepertinya yang benar-benar 'SANG'


Sinopsis ini dibuat oleh Kang Agus/Sang pada kertas sederhana untuk pementasan dengan judul yang sama (yang akhirnya menjadi nama angkatan Sang -Denis/Zoel/Agus/dll-) tahun ...(lupa!) di Gelaran Festival Drama Rumentang Siang dan Ulang tahun Teater Bel,Gelanggang Generasi Muda,Jl.Merdeka-Bandung.

Pagi ... Siang ... Malam

Kemarin,
pagi bertanya
Apakah makan malam yang terkunyah
telah cukup kuat mempersiapkan hari?

Kemarin,
siang bertanya
ketika banyak orang tenggelam
dalam kepenatan kerja,
apa yang harus dikerjakan?

Kemarin,
malam bertanya
peluh telah terkuras dalam deru kota,
apakah ada hari esok?

Kemarin dan saat ini,
Tuhan berkata
Tetaplah berpeluh ...
doa bukan mantra berkata-kata magis.


Tanjung Karang,Ampenan 1997
Dave

Perubahan

Jika kita merubah pemikiran kita,
kita mengubah keyakinan-keyakinan kita.

Jika kita merubah keyakina-keyakinan kita,
kita merubah harapan-harapan kita.

Jika kita merubah harapan-harapan kita,
kita merubah sikap kita,

Jika kita merubah sikap kita,
kita merubah tingkah laku kita.

Jika kita merubah tingkah laku kita,
kita merubah unjuk kerja kita.

Jika kita merubah unjuk kerja kita,
kita merubah hidup kita!


Dr.Walter Doyle Staples

Untukmu, Bapak

seraut wajah penuh gurat lelah terbaring dalam diam
menerawang pandang kosong kehampaan ruang
menembus batas ruang itu sendiri ke negri antah berantah
sisakan raga ringkih tulang berbalut keriput

masih terbayang kegagahan dan ketangguhanmu dulu
lintasi beribu kilo jarak mengayuh sepeda ontelmu
tak hiraukan angkuh terik sang surya
tak keluhkan sapa sepi sang hujan..

masih teringat saat bergelayut manja dipelukmu
tak perduli peluh menetes mengurai lelah
kasihmu tetap menyambut diiring senyum

sedih aku melihatmu kini Bapak..
terbaring lemah diperaduan kecilmu
menanti sang maut menjemput

by:Dini Achmad/Skandal

Pelayanan tak di mulai di Rumah

Anand Krishna’s Writings
“Aku hendak membagikan apa yang kudengar - itupun jika kau mengizinkan!”

Karena, apa yang kita lakukan untuk keluarga kita, rumah kita - tak bisa disebut pelayanan. Ini adalah kewajiban kita, tanggungjawab kita. Dan, sehingga, pelayanan tak di mulai di rumah. Pelayanan harus di mulai di luar rumah kita. Pelayanan lahir dari rasa welas asih pada mereka yang jauh dari kita, yang merupakan orang asing, yang tak kita kenal secara personal….Tapi, yang sedang menderita, yang tengah membutuhkan pelayanan kita.’

Dengan melayani keluarga kita sendiri, kita tak membuktikan apapun. Kita justru mengingkari ikatan yang kita ciptakan sendiri. Apa yang kulakukan untuk mereka adalah bagian dari tugas keluarga - tak lebih dari itu. Dan, akan tiba saatnya kewajiban semacam itu berakhir. Misalnya saat kamu tak harus lagi membiayai kehidupan anak-anakmu.

Kewajiban pasti berakhir, Pelayanan tak bernah berakhir.

Pelayanan adalah sejenis Persembahan Kasih yang dilakukan tanpa beban apapun. Saat kamu tak harus melakukan sesuatu, tapi kamu tetap memilih melakukannya - maka, kamu menjadi Pelayan.

Sebuah sistem kepercayaan yang memaksamu melakukan pelayanan, sejatinya justru kehilangan rasa pelayanan itu sendiri. Sesungguhnya tak ada satu sistempun yang bisa melahirkan hati yang penuh pelayanan. Pemilik hati yang penuh kasih tak butuh iming-iming untuk melakukan tindak pelayanan. Ia tak butuh kapling di surga yang nyaman setelah kematian. Ia tak butuh motivasi apapun, segala motif luaran, untuk melakukan pelayanan.

Jika kamu merasa iba pada penderitaan rakyat Lebanon hanya karena mereka pemeluk agama yang sama denganmu - maka kamu tak layak disebut pelayan. Kamu harus merasakan bahwa penderitaan mereka karena memang mereka sungguh menderita. Dan, ini sangat tidak manusiawi membuat orang lain menderita. Di balik penderitaan rakyat Lebanon, bukan hanya Israel yang bersalah. Kelompok Hisbullah juga sama salahnya. Mereka seperti negara dalam negara. Dan, oleh karena itulah, Negara Lebanon bersalah pula. Bagaimana bisa mereka membiarkan tumor ganas organisasi militan semacam itu eksis di tubuh negara mereka?

Jika kamu mendukung agresi Israel hanya kerena kamu terlahir sebagai seorang Yahudi, maka kamu menjadi agresif pula. Lantas, kamu juga bersalah karena tindak kriminal dan kekerasan semacam ini. Apakah kamu tak pernah berfikir bahwa kamu bukanlah pelayan dengan mendukung agresi semacam itu?

Pelayanan tak bisa dilakukan dengan hanya mendukung sebuah ideoloi saja.
Pelayanan harus dilakukan untuk mendukung nilai-nilai universal.
Pelayanan macam apa yang terkandung dalam sebuah agresi?

Seorang pengacara atau tim pengacara yang membela teroris juga tak layak disebut pelayan, walau mereka mengkalim demikian. Mereka mengkalim bahwa mereka tak mendapat bayaran dari para teroris tersebut. Itu membuat mereka tak lebih baik dari para teroris itu sendiri. Mereka berjuang untuk sebuah ideologi kekerasan, sebuah ideologi yang tak bisa disebut pelayanan. Kebajikan macam apa yang dilakukan dengan membunuh orang-orang yang tak bersalah, mengebom area publik dan merusak citra negara sendiri?

Sebuah kebajikan selalu membawa kebahagiaan bagi banyak orang, bagi sebanyak mungkin orang, ya sebanyak mungkin. Dan, orang yang penuh pelayanan ialah ia yang terlibat dalam hal semacam ini.

Orang yang penuh pelayanan, seseorang yang hatinya penuh kasih, tak bisa dibatasi dengan empat tembok dalam rumahnya sendiri. Orang semacam ini selalu mencoba keluar dari dalam rumahnya, untuk membebaskan dirinya dari segala kewajiban, sehingga mereka bisa melayani semua.

Dengan mengatakan ini, tentu saja aku tak bermaksud bahwa mereka harus melarikan diri dari tanggungjawab. Tidak. Justru mereka bekerja super keras untuk memenuhi segala kebutuhan mereka, menyelesaikan tanggungjawab atas keluarganya - sehingga dapat melakukan hal lain. Sehingga mereka dapat bergerak dan bertindak demi nilai-nilai yang lebih tinggi.

Donasi, cara ini, adalah hanya satu aspek dari pelayanan. Ini sama sekali bukan aspek satu-satunya. Dalam realitasnya kamu tak dapat mendonasikan apapun tanpa rasa pelayanan. Saat kamu mendonasikan secara tak ikhlas, kamu tak bisa di sebut pelayan. Ini juga tak bisa di sebut pelayanan saat kamu membagi unag supaya mendukung partai tertentu yang memiliki agenda terselubung dalam pemilu. Setiap donasi yang diberikan, setiap tindakan pelayanan yang dilakukan, segala sesuatu yang dilaksanakan dengan ekspetasi tertentu - tak bisa disebut sebagai pelayanan.

Pelayanan dilakukan tanpa mempedulikan hasil.
Pelayanan dilakukan semata karena kamu penuh kasih. Ini adalah bagian dari fitrahmu. Segala sesuatu yang tak alamiah - bukanlah pelayanan.

Belajarlan menjadi pelayan dari alam sekitarmu.
Matahari memberimu cahaya tanpa ekspektasi apapun. Bulan bersinar tanpa berharap balasan. Angin berhembus karena memang berhembus adalah perannya dalam alam ini. Air mengalir atas iramanya sendiri. Dan, kita menerima rahmah, manfaat dari mereka semua. Kita mengambil manfaat dari mereka karena semata menjalankan peran dalam alam ini. Mereka tak menginginkan hal yang lain.

Dengan menjadi pelayan, kita menjadi diri kita sendiri.
Dengan menjadi arogan dan tak melayani, kita melawan takdir kita sendiri. Sebagai akibatnya kita menciptakan masalah bagi diri kita sendiri.

Dengan menjadi pelayan, kita tak melakukan apapun demi kebaikan orang lain.
Sesungguhnya, sebuah tindakan pelayanan bermanfaat bagi diri kita sendiri - karena ia menghubungkan kita dengan takdir kita! Jadilah seorang pelayan, sehingga, ini demi kebaikan diri kita sendiri.

Keluar, tinggalkan cangkangmu, dan terjunlah ditengah-tengah mereka yang miskin, rapuh, tak berdaya…Rasakan penderitaan mereka, rasa lapar dan kehauasan mereka….rasakan itu semua sampai air mata menetes dari kelopak matamu dan hatimu berdarah…Dan, kamu akan secara otomatis sekali bergerak untuk melayani mereka. Pelayanan macam ini menjangkau mereka yang paling diabaikan, menurut pendapatku, ini adalah pelayanan yang sesungguhnya.

Kamu tak harus menunggu pers datang dan meliput aksi pelayananmu ini. Pelayanan tak ada kaitannya dengan liputan media. Hari ini koran masih berharga untuk dibaca besok hanya menjadi limbah kertas saja. Jadi, jangan terlalu menghiraukan liputan media!

Jangan kamu bertindak seperti para politisi malang dan partai politik yang menghamburkan uang untuk iklan dan kampanye tentang pelayanan ketimbang melakukan tindakan pelayanan itu sendiri!

Hal lain yang amat penting. : Menjadi pelayan berarti juga menjadi amat cerdas. Pelayanan adalah sebuah tindakan yang berasal dari pikiran yang tajam. Otak yang tumpul hanya bisa mendonor uang dan mereka tak bisa melayani. Dan kita, kita telah melihat perbedaan antara keduanya. Orang yang tumpul pemahamannya tak bisa melakukan pelayanan - paling banter mereka bisa membantu. Dan, hal ini menggelembungkan ego mereka. Bantuan semacam ini tak meningkatkan kesadaran mereka sama sekali.

Beberapa waktu lalu ketika rangkaian gempa bumi meluluh–lantakkan kota Jogjakarta, banyak orang, organisasi, bahkan pejabat datang untuk membantu. Saat ini mereka tak begitu lagi membutuhkan pangan, obat dan pakaian. Teman kita yang mengikuti perkembangan situasi ini dari dekat dan intens memutuskan untuk melayani dalam satu hal yang amat spesifik yang tak seorangpun sama sekali memikirkannya, yakni membantu mereka mengatasi stres dan trauma. Untuk mengangkat kembali semangat mereka dan energi kehidupan sehingga mereka dapat kembali bekerja tak hanya mengantri di depan dapur umum gratisan yang banyak tersebar di daerah tersebut. Mereka berhasil, dan Pemerintah daerah mengetahui hal ini dan mengunjungi posko mereka, bahkan bernyanyi dengan mereka. Ini adalah cara yang cerdas untuk melakukan pelayanan. Ini menjadi sebuah pelayanan dalam arti yang sesungguhnya.

Curahkan waktumu; berikan energimu. Pada hal yang penting. Banyak orang bisa memberi uang, tapi hanya sedikit yang benar-benar bisa memberikan waktu dan energinya. Jangan kamu menjadi bagian dari banyak sukarelawan yang sering kamu lihat, tak satupun dari mereka yang benar-benar sukarelawan. Sebagian besar dari mereka dibayar, entah oleh pemerintah atau oleh institusi yang mereka wakili. Banyak dari mereka yang disewa oleh apa yang di sebut LSM, mereka menuntut bayaran lebih banyak ketimbang gajimu dan gajiku. Mereka adalah pekerja biasa, mereka bekerja untuk hidup. Mereka mendapat bayaran untuk pekerjaan mereka. Dan tak pantas disebut pelayan.

Aku tak mengatakan bahwa mereka tak dibutuhkan. Mereka dibutuhkan juga. Tapi mereka bukanlah sukarelawan dalam arti kata yang sebenarnya. Mereka pekerja bayaran. Mungkin instrtusi yang mereka wakili menyebut sebagai pelayan. “Mungkin”, karena walau tetap ada pengecualian. Banyak institusi yang memiliki agenda terselubung yakni mempromosikan ideologi tertentu lewat karya pelayanan mereka.

Sepenuhnya pilihan ada ditanganmu, sekarang - kamu mau menjadi pelayan atau pekerja bayaran. Jika kamu memilih menjadi pelayan, maka persiapkan dirimu untuk waktu-waktu yang penuh kerja keras di masa depan. Karena pelayanan menuntut pengorbanan. Pelayanan sinonim dengan pengorbanan. Hanya meluangkan sejumlah waktu dan energi untuk cita-cita ini mungkin tak bakal cukup. Kamu harus menyerahkan kepalamu untuk ini. Dan itulah Puncak Tindakan Pelayanan.

(Terjemahan oleh Nunung)

Aku menangis enam kali!

Aku dilahirkan di kota kecil. Orang tuaku hanya buruh kecil dengan pendapatan tak seberapa. Aku mempunyai seorang kakak lelaki, tiga tahun lebih tua dariku.

Tangisan pertama
Suatu ketika, sebuah jepit rambut mencuri perhatianku. Bentuknya manis dan lucu. Seperti yang dikenakan oleh teman-teman di sekolahku. Keinginan untuk memilikinya begtu kuat. Sehingga aku nekat mencuri uang ayahku sebesar lima ribu rupiah dari laci lemari pakaiannya, untuk segera membeli jepit rambut yang dijajakan itu. Tapi ayah mengetahui uangnya hilang. dengan sebilah rotan dia segera memanggil aku dan kakakku untuk mencari tahu siapa yang mencuri uangnya, "Siapa yang mencuri uang itu?"tanyanya.
Aku terpaku, karena terlalu takut untuk berbicara. Karena ayah tidak mendengar pengakuan dari kami, dia mengatakan: "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dihajar!"
Dia mengangkat tongkat rotan itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, kakakku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang mengambilnya!"

Tongkat rotan menghantam punggung kakakku bertubi-tubi. Ayah begitu marah sehingga ia terus menerus memukuli kakakku sampai kehabisan nafas. Sesudah itu, sambil duduk diatas bangku butut, ia kembali memarahi kakakku: "Kamu sudah jadi pencuri sekarang. Hal yang sangat memalukan. Bagaimana nanti jika di masa mendatang. Tentunya kau akan menjadi perampok! Tidak tahu malu!"

Malamnya, aku dan ibuku memeluk kakakku. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi dia tidak meneteskan air mata setetespun. Di tengah malam, aku mulai menangis, sejadi-jadinya. Tapi tangan kakakku segera menutup mulutku seraya berkata, "Sudahlah jangan menangis.Semuanya sudah terjadi."

Aku membenci diriku sendiri karena tidak cukup punya keberanian untuk mengakui perbuatanku. Tahun demi tahun telah berlalu, tapi insiden itu masih tergambar jelas. Aku tidak pernah lupa wajah kakakku ketika menghadapi hukuman itu untuk melindungiku. Waktu itu aku berusia 8 tahun dan kakakku 11 tahun.

Tangisan kedua
Ketika kakakku lulus dari SMA nya dan ia berniat untuk melanjutkan pendidikannya ke universitas. Begitupun aku yang lulus dari SMP dan berniat pula untuk melanjutkan ke SMA. Kami mendengar pembicaraan kedua orang tua kami :
"Kedua anak kita pendidikannya telah memberikan hasil yang baik", kata ayah.
"Tapi apa yang bisa kita lakukan? Kita tak bisa membiayaikeduanya sekaligus." timpal ibu.
"Akan aku coba mengusahakan agar kedua anak kita bisa melanjutkan sekolahnya."kata ayah.

Saat itu juga, kakakku menghampiri kedua orang tua kami dan berkata:
"Ayah, aku tidak mau melanjutkan sekolah lagi. Sepertinya aku telah cukup mendapatkan ilmu."
Tanpa dinyana ayah menampar kakakku, sambil berkata: "Mengapa kau mempunyai jiwa yang lemah?Aku akan berusaha untuk mencari uang untuk membiayai kau dan adikmu unruk tetap bersekolah. Jika aku perlu aku akan mengemis di jalanan. Anak laki-lakiku hatus meneruskan sekolah. Agar kita semua bisa keluar dari jurang kemiskinan ini."

Setelah melihat adegan tadi, diam-diam akupun memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahku. Sampai pada keesokan hari, aku tak mendapati kakaku di rumah. Rupanya dia pergi meninggalkan rumah dan dia meninggalkan secarik kertas bertuliskan: "Masuk ke perguruan tinggi tidak mudah dan tidak murah. Aku pergi mencari kerja dan akan mengirimi kau uang agar kau bisa terus sekolah."

Aku memegang kertas itu di atas tempat tidurku dan menangis dengan air mata bercucuran membasahi bantalku. Suaraku hilang. Waktu itu aku berusia 17 tahun dan kakakku 20 tahun.

Tangisan ketiga

Dengan uang bekal yang diberikan ayah dan kiriman dari kakakku yang sekarang bekerja di perusahaan konstruksi di kota besar. Akhirnya aku bisa kuliah di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Suatu hari, aku sedang belajar di kamar kostku., ketika temanku memberitahukan,
"Ada seorang penduduk desa menunggumu di luar sana!"

Mengapa ada penduduk desa mencariku?Siapa dia? Aku berjalan keluar kamar dan melihat seseorang yang berpakaian lusuh. Seluruh badannya kotor kotor penuh debu. setelah melihat lebih dekat, ternyata kakakku, "Mengapa kau tidak bilang pada temanku bahwa kau kakakku?"
Dia menjawab sambil tersenyum, " Lihat penampilanku. Apa yang mereka pikir jika mereka tahu aku adalah kakakmu? Pasti mereka akan menertawakanmu."

Aku terenyuh. Air mata memenuhi mataku. Aku segera menyapu debu-debu dari tubuh kakakku, dan berkata dengan tersendat-sendat,"Aku tidak peduli omongan siapapun!Kau adalah kakakku. apapun dan bagaimanapun penampilanmu."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku dan menjelaskan, "Aku melihat melihat semua gadis-gadis kota memakainya. Jadi aku pikir adikku harus memakainya juga." Aku tidak dapat menahan diriku lebih lama lagi. Aku memeluk kakakku lalu menangis dan menangis. Waktu itu aku berusia 21 tahun dan kakakku 24 tahun.

Tangisan keempat
Ketika musim liburan tiba, aku pulang ke rumah diantar oleh pacarku. Kulihat kakakku pun berada disana dengan tangan terbalut saputangan karena luka. Rumahku sekarang bersih sekali. Kaca jendela yang pecah yang terbengkalai sekian lama sudah kembali bagus. Ibu sudah bekerja keras untuk membenahi rumah ini untuk menyambut kepulangan kami, pikirku. Setelah memperkenalkan pacarku pada ibu dan kakakku. Ia harus kembali pulang ke kota. Aku ditinggal sendiri menghabiskan masa liburanku, "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu dan uang untuk membersihkan rumah ini bagi kedatangan kami." Tetapi ibu menimpali sambil tersenyum, " Kakakmulah yang mengerjakan ini semua. Dia sengaja pulang lebih awal dari kamu. Untuk membersihkan rumah. Sampai tangannya terluka ketika memasang kaca jendela yang pecah itu. Tidakkah kau melihat luka yang ada pada tangan kakakmu?"

Aku segera menemui kakakku. Melihat wajahnya yang kurus segera aku mengambil perban dan tangan kakakku. Ku campakan sapu tangan yang membalut tangannya yang luka. Ku ambil salep antiseptik dan segera ku bungkus luka itu dengan perban.
"Apakah tanganmu tidak sakit?", tanyaku.
"Ah, tidak sakit. Ini tidak seberapa. Kamu tahu, di tempatku bekerja, batu-batu berjatuhan setiap saat. Bahkan pernah pada suatu ketika jatuh menimpa kakiku dan kepalaku.. Itu tidak menghentikanku bekerja dan......" Ia menghentikan bicaranya ketika dilihatnya aku memunggunginya dan air mataku deras mengalir ke wajahku. Dia berlalu seraya memegang kepalaku. Waktu itu usiaku 23 tahun dan kakakku 26 tahun.

Tangisan kelima
Akhirnya aku mendahului kakakku untuk menikah. dan aku tinggal di kota. Berulang kali aku dan suamiku mengajak kedua orang tuaku untuk tinggal bersamaku di kota, tetapi mereka menolak. Karena mereka tidak mau meninggalkan desa tempat hidup mereka. Kakakkupun juga tidak setuju. Ia berkata, " Jagalah mertuamu. Biar aku yang menjaga ibu dan ayah disini."

Suamiku menjadi Direktur di pabriknya. kami menginginkan kakakku mendapatkan pekerjaan yang layak sebagai Manajer pada Departemen Pemeliharaan. Tetapi kakakku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras akan memulai usaha sendiri sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, kakakku mendapat kecelakaan ketika sedang memperbaiki rumah langganannya. Ia harus masuk rumah sakit. Aku bersama suamiku segera menjenguknya. Melihat tangan yang di gips, aku menggerutu, "Mengapa kau menolak menjadi manajer?Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, lukamu begitu serius. Mengapa kau tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan wajah serius, ia membela keputusannya, "Pikirkan suamimu, ia baru saja menjadi direktur, sedangkan aku hanya orang yang tidak berpendidikan. Jika aku menjadi manajer hanya karena aku kakak iparnya. Apa nanti kata orang?" Mataku dipenuhi airmata dan kemudian keluar kata-kataku yang terpatah-patah: "Kau kurang pendidikan juga karena aku!". Lalu kata kakakku :"Mengapa membicarakan yang sudah berlalu?". Waktu itu aku berusia 27 tahun dan kakakku 30 tahun.

Tangisan keenam
Kakakku menikah dengan gadis petani di desaku. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Bahkan tanpa berpikir panjang ia menjawab, "Adikku." Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan sudah tidak ku ingat lagi.
"Ketika sekolah dulu, biasanya setiap hari Senin selalu diadakan upacara bendera. Dan aku kebagian menjadi petugas upacara itu. Kami semua diwajibkan memakai seragam lengkap. Kemeja putih, celana merah topi merah, dasi merah, sepatu hitam dan kaos kaki putih. Jika tidak mengenakan seragam itu tentunya akan mendapat hukuman. Pada saat itu dasi yang kupunya hilang entah kemana. Dan pada saat itu pula adikku menyodorkan dasi kepunyaannya padaku, katanya aku lebih memerlukannya. Tapi rupanya kewajiban memakai seragam lengkap itu bukan untuk petugas upacara saja tetapi juga untuk seluruh peserta upacara. Dan adikku tahu akan hal ini. Adikku mendapat hukuman dari sekolah karena ia tidak memakai dasi sebagai bagian dari seragam sekolah. Ku lihat dia di hukum dengan dijemur di tengah lapangan sendirian. Dia begitu kelelahan dan dia tidak menangis. Sejak hari itu, aku berjanji, selama aku masih hidup aku akan menjaga adikku dan baik kepadanya."
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah keluar dari mulutku,
"Dalam hidupku, orang yang paling layak mendapat terima kasihku adalah kakakku!".Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini,di depan kerumunan perayaan ini air mata bercucuran dari mataku seperti sungai.Waktu itu usiaku 30 tahun dan usia kakakku 33 tahun.

Menanam pohon mangga

Ketika musim penghujan tiba. Seorang tua menggali lubang di halaman belakang rumahnya.

"Apa yang kau kerjakan?" tanya seorang tetangganya.

"Sedang menanam pohon mangga" jawabnya.

"Apakah mengharapkan dapat memakan buah dari pohon yang kau tanam itu?"sambung tetangganya lagi.

"Tidak. Saya tidak akan menunggu sebegitu lama untuk itu. Tetapi orang lain setelah aku yang akan memakannya.Itu telah aku nikmati pada waktu yang berlainan, bahwa mangga yang aku nikmati sepanjang hidupku itu telah ditanam oleh orang lain sebelum aku. Dan inilah bentuk ungkapan terima kasihku kepada mereka".

(de Mello)

Masa Sulit

Seseorang mengalami masa sulit.
Maka ia mulai berdoa cara berikut:

"Tuhan, ingatlah tahun-tahun yang sudah lewat
aku mengabdi-Mu sebaik mungkin, tidak minta apa-apa sebagai balasan.
Sekarang aku sudah tua, bangkrut lagi.
Sekarang aku memohon kebajikanMu untuk pertama kalinya
di dalam hidupku dan aku yakin Engkau tidak akan berkata Tidak:
Biarlah aku menang lotre."

Hari lewat... lalu minggu...lalu bulan.
Tetapi tak terjadi sesuatu.
Akhirnya, hampir-hampir putus asa, ia berteriak :
"Mengapa aku tidakk Kau beri kesempatan
agar aku tidak sengsara. Biarkan aku menang lotre, Tuhan!"

Tiba-tiba terdengar suara Tuhan menjawab :
"Aku ingin membantumu.Berilah aku kesempatan juga.
Beli dulu lotrenya!"


(De Mello)

No More Rain

no more rain..
no..
there's no 'me' in his life..
no more..
no more tears..
no more anger..
no more shout..
no more...

then why am I still here...?
why my feet couldnt moved?
why my eyes keep looking for him?
why my lips whispering his name?
why my brain just couldnt think...

calm down...
calm down my heart..
the storm will pass..
the wind will blow...
the sun will shine...

but still... I'm missing the rain

Febbie/Transisi

Jejak Langkah

Suatu hari aku berjalan di pantai bersama Tuhan.

Pada setiap episode perjalanananku yang penuh dengan anugrah yang diberikanNya untukku.
Ku lihat dua pasang jejak kaki di hamparan pasir di pantai. Sepasang jejak kakiku dan sepasang lagi jejak kaki Tuhan.

Tetapi....

Ketika episode kelam dalam kehidupanku, aku melihat hanya ada sepasang jejak kaki saja di pasir pantai.Tuhan telah meninggalkanku....Lalu aku bertanya kepada Tuhan: "Tuhan, mengapa kau meninggalkanku di saat aku sangat membutuhkanmu!"

Kata Tuhan :

"Kau begitu istimewa. Aku tak pernah meninggalkanmu di kala kekelaman melanda hari-harimu. Jika kau hanya melihat sepasang jejak kaki saja di pantai...itu karena Aku menggendongmu!"

d.e.p pengisi ruang kamarku

ia adalah anugerah kehidupan api kecantikannya telah membakar ruang kamarku aku terus berlari dan berlindung dibalik bingkai fotonya
--suatu malam di rumah temu yang penuh dengan keindahan dan kedamaian, didalamnya tersimpan foto cantik perempuan sendu --
saudara-saudara jiwaku yang berontak, telah tahukah kalian tentang kebahagiaan hatiku ?
apakah aku harus dengan bangga tertawa angkuh dihadapan kalian ?
apakah aku harus berlarian dan berteriak keras dihadapan kalian ?
ataukah aku harus ceritakan tentang pakaian hitam yang selalu aku kenakan ?
baiklah akan aku ceritakan tentang kebahagiaan hatiku.
nah, sebelum mulai bercerita; dilemari sana dapat kalian lihat foto seorang wanita cantik. lihatlah, pandangilah dengan seksama. lihatlah ranum pipinya, dan indah bola matanya.
sekarang aku akan ceritakan ihwal kehidupannya yang membuat aku terus berbahagia dan kegirangan di balik bingkai fotonya.
suatu malam dipusat kota Bandung, seperti biasa di akhir bulan oktober angin semilir menyelimuti kota ini.
aku sedang terbaring didalam kamarku yang mulai menyesakkan.
dibawah langit-langit kamarku yang mulai rapuh, aku mulai terlelap tidur.
dalam tidur lelapku aku bermimpi menemukan sari-sari indah wajah perempuan cantik itu.
yang membuat aku heran, perempuan itu telah hadir dimimpiku untuk kesekian kalinya.
saat itu aku terbangun dan berkata dalam tanya
"perempuan cantik itu, kenapa harus ia yang aku jumpai dalam tidurku?".
lalu dalam pikirku keluar kata "perempuan itu bukan hanya cantik, tetapi ia memang tercipta untuk hadir dalam tidur mu".
tetapi mengapa dia datang hanya dalam tidurku saja?
pikirku kembali menjawab "dia tidak hanya datang dalam mimpimu, sebenarnya ia datang di setiap detik hidup mu".
betulkah ?
lagi-lagi otakku memberi jawaban "betul sekali, hanya saja kamu malas untuk mengakuinya, kamu sepertinya enggan untuk mengatakannya, kamu sebenarnya segan untuk membenarkannya, kamu sebenarnya masih mengagungkan keakuan mu".
lalu apa yang harus aku lakukan ?
pikirku menjawab lagi dengan nada yang meninggi
"jangan pernah malas mengakuinya, jangan pernah enggan mengatakannya, jangan sesekali segan membenarkannya, dan jangan terlalu merasa agung dengan keakuan mu".
"baiklah jika memang itu yang harus aku lakukan, aku akan melakukannya. aku tak akan malu untuk mengakuinya, aku tak akan enggan mengatakannya, dan aku akan membuang semua keakuanku !".
hingga mulai fajar aku tetap termenung di atas ranjangku yang mulai membatu.
pikirku berkata lagi
"wahai jiwa yang memberontak jika kamu memang akan membuang keakuanmu, buanglah dan jangan biarkan ia menggerogoti kembali ruang kalbumu. sekarang kau carilah perempuan itu dan cari tahulah tentang dirinya !".
aku pergi dari ruang kamarku dan melangkah dengan kepastian dan jiwa yang merdeka.
siang itu, kutemui perempuan itu, kutanyakan padanya tentang dirinya. kemudian dengan serta merta ia telah berhasil membongkar topeng ketidaktahuanku.
ketika ia melemparkan senyumnya, itulah saat-saat yang paling indah bagiku; saat sang waktu menelan bulat-bulat ragaku, saat air memecah batu, saat lilin diberi nyala api.
ia kemudian terduduk diatas rumput dan membalas semua tanyaku, "akulah sang dewi waktu yang akan menjemput jiwa-jiwamu dan menghapus kutukanmu, dimanakah aku harus menjemputmu nanti, wahai jiwa terselubung sendu ?".
aku menjawab, meski dengan terengah karena wangi nafasnya telah menyedot suaraku "kau tak usah menjemputku, karena setelah tahu siapa engkau aku akan dengan serta merta mencari keberadaanmu dalam kabut ruang hati ku".
selang waktu berikutnya kutemui lagi perempuan cantik itu di lembah tempat Kais si gila menemukan cintanya.
hal itu terulang sampai beribu-ribu selang waktu berikutnya.
di sudut ruang kamarku ini perempuan itu pernah menginjakkan kakinya dan menebar tawanya.
di sudut ruang kamarku ini pula aku pernah berbisik dalam doaku, semoga Tuhan Sang Pengatur Waktu dapat mengekalkan perkenalanku dengannya.
sejenak setelah Tuhan mengabulkan doaku dan mengekalkan perkenalanku dengan perempuan itu aku makin yakin bahwa suatu saat Ia akan melepaskan kutukanku melalui perempuan itu juga.
hari itu di awal bulan november aku menemuinya dilembah tempat ia bersemayam. aku datang beserta ranumnya buah kehidupan.
"ini aku, tataplah mataku dan kenalilah siapa aku dan apa artinya aku bagi hidupku !" dari balik semak-semak di lembah itu kudengar suaranya. "kaulah sang hidup, dan aku terlahir untuk melepas kutukanmu !"
begitu seterusnya hingga ia selalu hadir disela-sela ruang kamarku.
meski pada akhirnya aku jarang menjumpainya, karena aku menganggap bahwa ia adalah anugerah kehidupan. pertemuan terus menerus dan rayuan-rayuan sendu, lama kelamaan hanya akan menghapuskan kesejatiannya.
begitulah ihwal perempuan itu yang membuat aku selalu kegirangan dan pada akhirnya ia menjadi bagian dari cerita hidupku.
nah, saudara-saudara itulah ceritaku
dan maafkan bila aku berbicara terlalu panjang.

bandung, 27 januari 2001
anggawedhaswara

B.A.B.E

dalam setiap perjalanan
tak nampak lagi keteduhan
yang biasanya tercurah tanpa diminta
ah....
telah ku bisikan mesra pelepas dahaga
namun dimanakah kau?

Kau yang hadir disana
sampaikan keteduhan itu
namun kau bawakan pelangi...

Lalu...

bagaimana merengkuhmu
ketika raga tak cukup mampu menyentuhmu?

K'David

Tertawa

pernahkah berpikir kalau tertawa itu mahal dan susah?

bukan tertawa ketika teman kita mengeluarkan lelucon yang ga lucu...tapi kita tetap tertawa biar dia tidak sakit hati...
bukan tertawa getir atow sendu ketika menemui masalah yang kita tidak tahu bagaimana cara mengatasinya..dan akhirnya hanya bisa tertawa...

bukan temanku...bukan tertawa seperti itu...

tapi tertawa yang lepas dan bahagia...
tertawa lho yah..bukan tersenyum...

tertawa dimana kita bisa melupakan segala susah, kecewa, sedih...tidak berpikir mengenai masa lalu atau masa depan...yang terpikir dan terasa hanyalah saat itu...momen itu.....
bahagia
senang


-Img/transisi-

Datanglah...

Berikan teduhmu...
dan
Ku sampaikan hangatku...

Langit yang dulu sendu
tak lagi mengejakan rindu

Gelap...gelap...pergilah
terang...terang...datanglah!

Dave/Anak-anakku

Harap

Bicarakah awan terhadap lembayung...
biru dan hijau yang kami lihat....
Harap terbungkus dalam kepahitan....
rintik basah mulai mengering.....
tersirat dalam wajah yang riang.....
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,


Rudy - Antena

Menyalakan Lilin

Sudahlah......
tak ada lagi yang perlu dipersengketakan.
Bukankah langit telah kembali kelam.
Nyalakan lilin....sebab itu baik adanya.
Karena menyumpahi gelap itu lucu!

K'David

Apapun...

Tak terbantahkan...
Langit biru menyemarakan hari
Hiasan tertata pada meja makan kita
langit gelap tak selalu menyembunyikan kelam
kau...aku bisa saling bersapa
dinding tak membuat jarak lagi
walaupun cerobong asap polusi menyesakan dada

Bukankah kita tetap dapat bersua ??

K'David

Tentang Surga

Bayanganku tentang surga
adalah.....
langit yang luas dan disitu aku berada bersama keluargaku!

K'David

Kusimpan buat nanti

Bulan sepotong terpanggang matahari
dibiarkannya menguap menuju mati.
Angin sepotong digerus hati.
menghilang tanpa punya arti.
Wajahku sepotong penuh duri
tertusuk ketika mengejar hari.
Tapi....
ku simpan...buat nanti!

(ketika aku bertemu denganNya)


K'David

Satu detik yang terbawa

kehidupan adalah satu detik yang terbawa....terus..terus..terus....sampai
satu detik itu berhenti pada satu detik....
satu detik ..yang sangat menggembirakan
satu detik...yang sangat menyedihkan
satu detik...sebuah pertemuan...
satu detik...sebuah perpisahan...
satu detik...aku dan kau...bersama
satu detik...kita membuat sejarah....
satu detik...aku hidup...
dan layaknya...hidup...kau...akan terbawa terus...dalam setiap detikku...

the orbit life of my life febie zauhari

Forget and Remember

Life-Live-Search-Destroy-Vanish-Die-Nothingness

Dreams of the past
so sweet to remember
Quite stale to relive

Dreams of a hope
still linger calmly in heart
But the bodily will has flown out

So,
Lets live and let live!
Lets gather and feast upon our dreams of the past
Lets eat and drink!
Lets forget and rejoice!
Lets remember and rejoice!


by : the guy formerly known as priaboesoek

- Yuk ketemuan....

Saat

saat wajah tak lagi bertemu..
saat waktu hanya ada satu...
yang tersisa hanya rindu



by Irma Transisi
Bandung, 17 September 2008
disela-sela pekerjaan kantor dan panasnya bandung

*ketemuan yuk hehehehe*