Sang Calon

Alhamdulillah..

Dongeng ini harusnya dari awal Januari tapi baru bisa daku dongengkan sekarang. Kira-kira gini ceritanya.

Awal Januari ini, ya sekitar tahun baru sebenarnya kami sudah menduga, hanya saja belum mau pergi memeriksakan diri. Menduga bukan sekedar menduga namun karena memang tanda-tanda itu sudah bermunculan. Dari mulai telatnya menstruasi, sensitivitas (emosi) Anis yang kadang menular juga ke daku (ah sebenernya sih kalau daku bawaan dari orok), bagian-bagian tubuh yang mulai membesar (ini juga alasan, lebih mungkin disebabkan kurang olahraga), kadang mual dan tanda-tanda lain yang mungkin tidak kami sadari. Namun kami tetap menduga-duga sambil bercanda tentang itu.

Kami mungkin masih gugup. Terbersit untuk membeli alat tes kehamilan, tapi apotik dan toko obat itu selalu tidak menarik kami untuk mampir. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk memeriksakan diri ketika keyakinan kami sudah bertambah kuat. Tanggal 13 Januari kami pergi ke RSIA Hermina Pasteur untuk bertemu dokter Anita (DR. Dr. Anita D. Anwar, SpOG. KFM). Sebelumnya kami pernah memeriksakan diri karena menstruasi yang tidak teratur ke dokter Ifa, namun daku merasa kurang sreg.

Bertemu dokter Anita nampaknya membuatku lebih nyaman. Beliau nampak sudah matang dengan pengalamannya. Pembawaan beliau yang tenang membuat kami ikut tenang walau beberapa temuan agak mengagetkan dan membuat kami khawatir. Dokter Anita sebetulnya memuji dalam pemeriksaan pertamanya. Pemeriksaan kehamilan saat sekarang langsung menggunakan UltraSonoGrafi alias USG. Sepertinya sudah tidak ada dokter yang memeriksa kehamilan dengan menekan-nekan perut.

Pujian itu terlontar dalam kata “Wah, hebat!”, kami berdua bingung. “Apanya yang hebat, dok?” Dokter membeberkan, “Kalian ke sini mau periksa kehamilan khan?” Ya, kami memang untuk pertama kalinya memeriksakan kehamilan ke dokter. “Alhamdulillah hamil, tapi ada kistanya..” Oh.. maksud dokter kami berdua memeriksakan diri untuk kehamilan, bukan untuk atau gara-gara ada sakit atau keluhan lain. “Biasanya janin kalah dengan kista, tapi yang ini hebat dia bisa tumbuh.” Hmmm.. begitu ya dok?

Tetap kami khawatir. Beliau menenangkan kami. “Kita lihat saja bulan depan yah!”

Kemarin kami memeriksakan diri untuk kedua kalinya. Eh.. Janinnya sudah terlihat.

Menunggu (kiri); USG (kanan)

Subhanallah..

“Ini matanya.. ini mulutnya.. ini tangannya.. ini tali pusar..” ucap dokter Anita sambil menggerak-gerakkan kursor di komputer USG itu. Sekarang dia sudah 5,47 cm panjang dari 1,77 cm waktu permeriksaan pertama.
Foto USG: Janin

Kami sebenarnya sudah mengatur waktu agar tidak terlalu lama menunggu dokter. Tapi tetap saja, kami harus menunggu satu jam lebih. Setiap periksa, daku merasa gugup. Maklum, belum berpengalaman.

Foto USG: Kista
Kami menanyakan beberapa hal yang kami rasa perlu. Kista yang bulan lalu berdiameter 5,5 cm sudah mengecil menjadi 3 cm dan kata dokter bulan ke-4 mungkin akan hilang. Perlakuan dalam mengkonsumsi makanan dan perlakuan terhadap sang calon ibu yang menjadi perhatian kami. Sudah jelas sang calon ibu tidak boleh mengkonsumsi obat-obatan kimia dan yang herbal pun jangan dulu deh. “Kalau ngopi, dok?” daku iseng bertanya. “Kurangi!” heuheuheu..

Terima kasih kakak-kakakku, adik-adikku, mBah , eNin, engKing, paman, bibi, pak’de, bu’de, pak’le, bu’le, teman-teman terbaikku dan semua atas doa kalian. Doakan terus ya agar calon bayi kami tumbuh dengan sehat, normal tanpa kurang sesuatu apapun. Eh.. tentunya doakan juga calon ibu dan calon bapaknya yaaa!!

Amiin, Jazakallah Khairan Katsiraan..


by : Zulphiandie,Angkatan Sang 

0 komentar: