Episode Malam-Malam Diana Part III

EPISODE III

Hari demi hari, bulan demi bulan mengantar ke pergantian tahun. Ini malam pertama di tahun yang baru. Bulan sabit bersinar ditemani bintang yang bertaburan di sekelilingnya. Diana baru saja membuka pintu kamarnya dan beranjak ke beranda yang sudah lama ia tinggalkan. Jika sebelumnya, saat terakhir kali ia berada di beranda tersebut, Diana berdiri dengan duka ketakbahagiaan pernikahannya maka kini ia berdiri di sana dengan senyum. Matanya menerawang menembus sebuah bayang wajah yang kini hiasi hari-harinya.

“Ma, sudah lama rasa ini mati. Sudah lama kututup rapat hatiku, tapi entah mengapa ia sanggup mengetuknya. Mama tahu pernikahanku dengan Tian kini hanyalah sebuah status. Tak pernah lagi ada cinta di dalamnya. Kami menjalani kehidupan kami masing-masing. Tak pernah ada lagi kebersamaan. Aku sudah lama mati rasa. Tak ada lagi rindu, cinta bahkan benci. Tak pernah lagi ada getaran-getaran yang mampu membuat wajahku merona merah. Tapi hari ini, Ma.. Aku kembali merasakannya saat aku bertemu dia. Dia, mantan kekasih Mitha. Mama kenal Mitha kan? Mitha adalah adik yang tak pernah aku miliki. Mitha, yang memutuskan untuk pergi meningalkan kita semua termasuk dia, karena ingin membahagiakan orang tuanya. Dulu kita sering bercanda bersama, aku, Mitha dan dia. Setelah sekian lama, entah kenapa Tuhan mempertemukan kami lagi. Aku dulu mengenalnya sebagai satu seorang remaja cuek yang sering membuat kekonyolan. Tapi kini dia sudah banyak berubah, Ma. Lebih dewasa. Dulu aku sempat mengaguminya karena sikap cueknya. Dan kini setelah berkali-kali bertukar cerita di dunia maya, tempat kami secara tak sengaja kembali bertemu, aku kembali mengaguminya dan secara tak sadar getar getar itu mulai hadir.
Siang tadi kami bertemu, Ma. Dan itu adalah pertemuan pertama kami setelah bertahun-bertahun kami tak bersua. Getar-getar itu semakin terasa saat dia ada di sisiku. Beberapa kali ku dapati dia sedang memandangku dan sungguh ada getar-getar aneh yang menjalar di seluruh pembuluh darahku saat ia menatapku. Aku salah tingkah. Terlebih saat ia memperlakukanku dengan sikap seorang gentlemen. Aku sungguh tak berdaya. Aku menikmati setiap detik bersamanya, aku menikmati debar-debar halus yang bermain di dadaku, aku menikmati setiap tatapan matanya.”

Diana bergerak mengikuti irama yang bersenandung dalam hatinya. Ia berputar-putar dengan mata terpejam. Ia menikmati semilir angin yang menerpa tubuh indahnya. Wajahnya bercahaya tertimpa sinar sang rembulan. Kebahagiaan terpancar nyata dalam setiap lekuk wajahnya.

“Ma, ku kira aku telah jatuh cinta!”

--- bersambung ke episode IV ya.. ---

By: Dini Nurdiyanti/Skandal

0 komentar: