Di balik kerinduan

Baru pagi ini, sms dia semalam, terkirim dan ia baca. Ada lima sms sama yang terkirim. Sinyal handphone memang kadang tidak bersahabat disaat sinyal hati sedang kuat. Tapi tak mengapa, dibalik semua keterlambatan terkirimnya sms itu tetap ada sesuatu yang indah. Meski terlambat, namun sms dia semalam yang baru saja ia baca di pagi ini mampu cerahkan hari nya. Membuat senyum semakin terkembang di wajahnya pagi ini.

Hanya sebuah pesan singkat sederhana. Sebuah puisi singkat tentang kerinduannya.
"Diamlah dalam dekapanku biar dapat kau rasakan degup jantung ku berkata merindukanmu.. Baringkan sejenak lelahmu dalam hangat pelukankukarena sungguh ku ingin kau hadir malam ini"

Satu rasa indah seketika membuncah dalam hatinya. Wajahnya seakan tak dapat berhenti tersenyum. Kini ia sungguh tau dia benar rindukannya. Tak ada lagi yang perlu dipertanyakan. Tak ada lagi yang harus dikhawatirkan. Hati mereka telah saling terpaut. Mereka sama-sama merindu.

Satu rindu indah yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, bahkan ini adalah rindu terindah yang pernah ia rasakan. Rindu yang tak hanya ia rasakan dalam hati tapi ia dengar juga dengan daun telinganya sendiri, lewat sebuah kata tegas "kangen". Kata ajaib yang bisa membuat dunianya berubah menjadi lebih berwarna di tengah buram hari-harinya..

Kamu tahu? Ada saat di kala kita merasa butuh untuk mendengar langsung perkataan tentang apa yang sebenarnya sedang dirasakan. Bukan melalui perumpaan yang rumit atau pernyataan-pernyataan retorikal. Terkadang tidak juga cukup dengan hanya merasakan, karena kadang ada rasa takut jika apa yang dirasakan hanyalah bayang. Yang dibutuhkan hanya sebuah kata sederhana yang jika kau dengar akan sanggup mencipta beribu sayap emas tuk membantumu terbang ke surga dan bertemu sejuta bidadari. Bidadari itu bernama kebahagiaan.

Dan para bidadari itu kini tengah mengelilinginya, karena pada akhirnya ia bukan hanya bisa merasakan lalu menebak-nebak, tapi juga mendengar langsung kata-kata sederhana nan indah itu. Sederhana, sangat sederhana, namun memiliki makna yang sangat dalam baginya. Dan yang terpenting, ia tak lagi perlu bergelut dengan perasaan cemasnya. Kecemasan jika apa yang ia rasakan selama ini tidaklah nyata, hanya sekedar imagi dan harapnya.

Hatinya bernyanyi, mendendangkan beribu lagu rindu. Dan semua ia nyanyikan untuk dia. Dia telah merasuki seluruh pori-porinya. Dia ada dalam setiap rongga kosong dalam organ-organ tubuhnya. Dia menjelma menjadi nafas yang ia hembuskan dan udara yang ia hirup. Dia ada bersamanya. Ia ada bersamanya. Meski raga terpaut jarak dan waktu tampak tak bersahabat karena terlambat pertemukan mereka, jiwa mereka telah bersama. Dipersatukan oleh kerinduan. Ditautkan oleh kasih dan sayang. Dipadukan dalam satu jalinan cinta tulus. Setidaknya itulah yang ia rasakan saat ini. Dia adalah separuh jiwanya.

Lalu di antara dendang lagu yang ia senandungkan, jari jemarinya menari ringan di atas keypad handphonenya. Ia mengirim sms balasan. Biarlah terlambat. Setidaknya ia juga bisa ungkapkan kerinduannya, lewat sebuah puisi balasan singkat.

"Jika ada dalam rengkuhan pelukmu sedikitpun aku tak kan berontak...karena sungguh itu yang kuinginkan saat ini merasakan detak jantungmu berdetak menembus pertahanan terakhir hatiku sungguh aku sangat merindukanmu jugahingga dapat kurasa hadirmu di sini... "

Pesan singkat itu pun terkirim. Dan senyumnya semakin terkembang. Menanti hari beranjak sore, tuk kemudian melihatnya lagi. Bertemu dengannya dan melepas rindu. Untuk kemudian merindu lagi.

by Dini Ahmad/Skandal

0 komentar: