EPISODE 7
Malam ini langit berwarna biru keemasan dihiasi bintang yang bertaburan dan bulan sabit yang tersenyum ramah menyapa bumi. Kedua lelaki itu berada di ruang yang berbeda, tapi mata mereka tertuju di satu titik yang sama. Satu sosok yang tengah terbaring dan tidak juga menampakkan tanda-tanda kehidupan selain dari alat pacu jantung yang terpasang di tubuhnya. Diana terbaring hampir tiga minggu lamanya, berada di batas dua dunia. Enggan melepas kesadarannya namun tak sanggup tuk kembali hadapi hidup. Terjebak dalam dimensi ruang dan waktu.
Malam itu Diana berjalan tanpa arah, semua rasa terbentuk dalam kepingan-kepingan gambar yang kian lama kian menyesakkan hatinya. Pernikahannya dengan Tian, hari-hari yang ia lalui dalam sepi karena Tian tak pernah benar-benar ada di sampingnya. Pertemuannya dengan Andra, segala kisah yang sudah terbentuk. Semua kecemburuannya pada Niar, kekasih Andra. Hingga pertengkaran terakhirnya dengan Tian. Sudah terlalu lama Diana memendam pedih, hingga tiba di satu titik ia tak lagi sanggup menampung semua luka dan kecewa. Ia terjatuh tak sadarkan diri dalam deras hujan di malam itu. Tak sadarkan diri hingga kini.
Tian terduduk di samping ranjang itu, memegang erat tangan istrinya. Hatinya berkecamuk. Segala sesal menghampirinya saat ini. Dan penyesalan terdalamnya adalah menyia-nyiakan orang yang pernah sangat berarti dan ternyata masih sangat berarti dalam hidupnya. Tian belum siap kehilangan Diana. Dan rasa takut kehilangan itu semakin menjadi saat ekor matanya menatap sesosok pria yang kini sedang berdiri di balik kaca ruangan tersebut, dengan raut kesedihan yang ia rasakan sama dengan rautnya kini. Tian paham semua itu, Tian tahu apa yang telah terjadi dan sesalnya semakin menjadi.
Andra hanya bisa terdiam menatap sosok Diana di kejauhan. Dia sungguh ingin berada disampingnya. Berjuta andai saling tumpang tindih di benaknya. Andai ia memilikinya lebih dulu, dan bukan pria itu. Andai ia tak pergi saat itu. Andai ia bisa menukar hidupnya dengan dia yang terbaring di sana. Andai... andai... dan andai... Bahkan di saat seperti ini pun ia tak bisa ada di sampingnya, memegang tangannya dan mendampinginya hingga ia tersadar. Andra hanya mampu termenung di situ, berharap Diana tahu ia ada dan menungguinya meski hanya di balik kaca.
Malam semakin larut. Kedua lelaki itu tetap terjaga. Meski dalam ruang yang berbeda, pikiran keduanya berada dalam dimensi yang sama. Dimensi tempat Diana kini berada. Di batas dua dunia.
By:Dini Nurdiyanti/Skandal
Malam ini langit berwarna biru keemasan dihiasi bintang yang bertaburan dan bulan sabit yang tersenyum ramah menyapa bumi. Kedua lelaki itu berada di ruang yang berbeda, tapi mata mereka tertuju di satu titik yang sama. Satu sosok yang tengah terbaring dan tidak juga menampakkan tanda-tanda kehidupan selain dari alat pacu jantung yang terpasang di tubuhnya. Diana terbaring hampir tiga minggu lamanya, berada di batas dua dunia. Enggan melepas kesadarannya namun tak sanggup tuk kembali hadapi hidup. Terjebak dalam dimensi ruang dan waktu.
Malam itu Diana berjalan tanpa arah, semua rasa terbentuk dalam kepingan-kepingan gambar yang kian lama kian menyesakkan hatinya. Pernikahannya dengan Tian, hari-hari yang ia lalui dalam sepi karena Tian tak pernah benar-benar ada di sampingnya. Pertemuannya dengan Andra, segala kisah yang sudah terbentuk. Semua kecemburuannya pada Niar, kekasih Andra. Hingga pertengkaran terakhirnya dengan Tian. Sudah terlalu lama Diana memendam pedih, hingga tiba di satu titik ia tak lagi sanggup menampung semua luka dan kecewa. Ia terjatuh tak sadarkan diri dalam deras hujan di malam itu. Tak sadarkan diri hingga kini.
Tian terduduk di samping ranjang itu, memegang erat tangan istrinya. Hatinya berkecamuk. Segala sesal menghampirinya saat ini. Dan penyesalan terdalamnya adalah menyia-nyiakan orang yang pernah sangat berarti dan ternyata masih sangat berarti dalam hidupnya. Tian belum siap kehilangan Diana. Dan rasa takut kehilangan itu semakin menjadi saat ekor matanya menatap sesosok pria yang kini sedang berdiri di balik kaca ruangan tersebut, dengan raut kesedihan yang ia rasakan sama dengan rautnya kini. Tian paham semua itu, Tian tahu apa yang telah terjadi dan sesalnya semakin menjadi.
Andra hanya bisa terdiam menatap sosok Diana di kejauhan. Dia sungguh ingin berada disampingnya. Berjuta andai saling tumpang tindih di benaknya. Andai ia memilikinya lebih dulu, dan bukan pria itu. Andai ia tak pergi saat itu. Andai ia bisa menukar hidupnya dengan dia yang terbaring di sana. Andai... andai... dan andai... Bahkan di saat seperti ini pun ia tak bisa ada di sampingnya, memegang tangannya dan mendampinginya hingga ia tersadar. Andra hanya mampu termenung di situ, berharap Diana tahu ia ada dan menungguinya meski hanya di balik kaca.
Malam semakin larut. Kedua lelaki itu tetap terjaga. Meski dalam ruang yang berbeda, pikiran keduanya berada dalam dimensi yang sama. Dimensi tempat Diana kini berada. Di batas dua dunia.
By:Dini Nurdiyanti/Skandal
0 komentar:
Posting Komentar