Abu Di malam hari

Malam ini tidak hitam. Malam ini abu-abu. Dan jika kau akhirnya bertanya mengapa abu-abu? Jawabnya sederhana. Karena semua sedang tidak menentu. Tidak hitam tidak juga putih. Semua ada dalam ketidakpastian dan kegamangan.

Apa sebenarnya yang sedang terjadi? Semua seperti tidak menentu. Sepertinya aku selesai. Tapi apa maksudnya?

Aku merasa selesai saat semua akhirnya terucapkan. Segala kegundahan yang selama ini hanya tertahan dalam kata yang tak pernah terucap, kini bergema di seluruh dinding ruang ini. Kita sama-sama lelah ternyata. Kita terlalu berbeda. Kau dengan kekonserfatifanmu dan aku dengan segala kemodernanku. Hanya satu kesamaan yang kita miliki. Kita sama-sama sudah lelah, hingga akhirnya berpikir semua ini hanya satu kesalahan.

Lalu apa akan terhenti di sini dan semuanya selesai? Mungkin kita sudah lama lupa bagaimana cara tuk saling mencinta. Atau mungkin lebih tepatnya aku sudah lupa cara mencintaimu. Aku tak tahu bagaimana harus berbahasa denganmu. Kata-kata seakan tercekat di tenggorokanku setiap kali itu tentangmu atau tentang kita.

Tapi apakah kau tahu? Aku belum lupa cara menyayangi seseorang dengan tulus. Aku belum juga lupa berbahasa. Bagaimana aku bisa yakin? Aku sangat yakin aku belum lupa karena kau tahu? Bahasaku mengalir dengan lugas dan indah saat aku dengannya. Bahkan terkadang tanpa berbahasa pun kami sudah mampu saling mengerti. Dia seperti aku yang terbelah dua. Dia adalah cerminku. Selama ini dia lah kekuatanku dan aku menyayanginya seperti aku menyayangi diriku sendiri.

Entah denganmu. Apakah kau sudah lupa bagaimana caranya berbahasa? Atau hanya denganku saja kau lupa bagaimana caranya berbahasa? Atau mungkin kau sedang belajar mencintai lagi, walau bukan denganku? Begitu banyak pertanyaan menghampiri, tapi tak satu pun jawaban aku temui. Semua memburam ditelan keheningan.

Seburam malam ini. Tak segelap hitam dan tak seterang putih, hanya kelabu. Entah pagi akan membawa warna baru apa. Semoga langit kan membiru hingga ada setitik harap mengubah abu menjadi biru.

By Dini Ahmad/Skandal

0 komentar: