Di antara ombak dan hujan

Entah kenapa, malam ini deburan suara ombak yang selama ini selalu kurindukan malah menjadi suara yang paling aku takuti. Ombak yang berdebur keras di luar sana seolah ingin merenggutmu dari aku, seperti ingin memisahkan dan memberi jarak antara kita. Sedikitpun aku tak bisa memejamkan mataku. Aku hanya bisa menatapmu dalam tidurmu. Berharap ombak tak akan mengambilmu dari sisiku malam ini. Karena hanya malam ini yang kita miliki.

Baru kali ini aku mengharap pagi cepat datang. Malam sungguh terasa sangat menyiksa dan kau tetap terlelap diantara deburan ombak yang menakutiku. Tidak kah kau tahu? Bahkan alam tidak merestui kehadiran kita di sini.

Saat akhirnya sang mentari menari hangat di atas hamparan air yang luas, di batas dua dunia, rasa takut kehilanganmu semakin menjadi. Ternyata mentari sama saja tidak sanggup membawa setitik cahaya di hatiku. Aku kira mentari akan menghantar setitik harap baru dalam kisah kita, harapku kandas.

Aku kemudian berlari menantang ombak, namun entah mengapa ombak seperti kehilangan kekuatannya. "Ini aku datang!! Bukankah kau berusaha hampiri kami tadi malam?? Aku sudah di sini sekarang... Rengkuh aku saja. Telan aku dengan keangkuhanmu!!" Teriakanku hilang ditelan sepi. Buih di laut perlahan sirna, ombak tak tampakkan lagi kekuatannya.

Akhirnya aku hanya mampu terduduk dalam diam di sampingmu. Meresapi detik-detik kebersamaanku denganmu, yang entah kapan bisa ku dapatkan lagi. Kita sama-sama tercenung, bahkan di pantai ini kita tidak diterima. Ombak yang tiba-tiba menjadi sangat tenang, dan matahari yang tiba-tiba disembunyikan sang awan. Tak ada sunset. Tak ada keindahan sebagai sedikit penghibur.

Cukup lama kita terduduk dalam diam hingga akhirnya disadarkan oleh tetesan-tetesan air yang selama ini selalu mengiringi langkah kita, dimanapun dan kapanpun. HUJAN...

Hujan lah kawan sejati kita. Setiap saat selalu temani kita. Hujan pula yang akhirnya membuat kita tersenyum hari ini. Saat kata tak lagi dapat terucap, kala lelah dan takut datang mendera, hanya sang hujan yang mampu damaikan hati kita.

Perlahan tapi pasti, ku langkahkan kaki ini mengiringi langkahnya dalam hujan. Berjalan tuk hadapi semua rasa takut yang sudah terbungkus luka. Kembali pulang tuk lalui semua waktu tanpamu. Kembali ke dalam pangkuan keangkuhan dunia. Kembali mencintaimu dalam jarak.

by Dini Ahmad/Skandal

0 komentar: