Anonim

dan kembali menjadi nomor nomor yang tak bernama juga sukar untuk diingat,konstan pada titik dimana kecewa dan menangis menjadi makanan sehari-hari yang harus kita coba mati rasakan sampai akhirnya tidak berasa sama sekali.

kembali berjalan pada lorong yang sama,kembali dengan rutinitas,kembali dengan pagi yang sama juga matahari yg sama tanpa ada yang mau menunngu barang sejenak untuk menghela napas,sehingga lagi-lagi kembali menjadai robot-robot yang menghambasahayakan target,ambisi,kemenangan dan begitu banyak hal yang kadang kehilangan essential ketika kita menikmatinya hampir setiap hari.

kembali menjadi nomor-nomor,kembali terlupakan,kembali tak bernama,kembali terbungkam,kembali terpojok,kembali bisu dan kembali pada nol.

By Sarita Rahmi Listya/Sinergi

0 komentar: