Show me the way!!

Keadaan yang semakin menantang ataupun mimpi yang indah tentang hidup yg sukses membuat kita harus terus menghebatkan diri menghadapi tembok besar yg biasanya menghadang dan harus diloncati bila ingin tiba di tujuan. Namun untuk membuat loncatan yang begitu tinggi agar muka tidak rata dengan tembok ataupun nyangkut di selangkangan, maka kita harus meloncat lebih tinggi dari temboknya. Tembok yang begitu tinggi membuat suatu perasaan ketidakmampuan muncul dan melemahkan perasaan, dan harus diimbangi dengan afirmasi dan persiapan untuk membangkitkan percaya diri.

Bagaimana caranya??

Otomatis pijakan kita harus rata dan kuat, supaya tidak mengurangi keseimbangan dikaki dan keraguan mendorong ke atas. Lalu kaki sebagai pegas/fungsi lontar haruslah keras dalam gaya tekanan dan ditarik sampai titik terbawah agar hasil lontaran per tersebut maksimal mendorong seluruh tubuh. Lalu badan haruslah ringan, tidah membawa beban yang tidak diperlukan untuk meloncat dan posisi badan pun menentukan kearah mana akan menuju. Lalu, (kalo boleh gw bilang) yang tak kalah penting adalah kepala. Kenapa gue bilang gak kalah penting? Karena hal ini yang membedakan loncat yang disengaja berdasarkan keinginan, dengan loncat tembok dengan insting karena dikejar anjing galak, rabies pula, atau oleh warga sekampung bawa obor dan golok sambil diteriakin maling.. hehehe.. Semuanya bisa menibakan ke atas tembok, hanya elo boleh pilih keadaannya, dengan keinginan untuk maju atau dipaksa karena terdesak keadaan.
Kepala-lah yang membedakan antara sadar dan tidak untuk memulai, meyakinkan hati, melihat ke depan dan memikirkan berapa jarak lari yang dibutuhkan sebagai ancang-ancang, mencari dimana pijakan yang rata dan kuat, tembok mana yang (mungkin) lebih pendek dari lainnya, berapa kuat lontaran yang dibutuhkan & berapa energi yang badan harus miliki untuk mewujudkannya dan juga apa yg tidak perlu dibawa baik di badan ataupun di pikiran, bagaimana posisi kemiringan badan kita untuk loncat, maupun menghadapi rintangan sebelum loncat misalnya batu kerikil, kubangan air ataupun angin, kapan saat yang tepat untuk melontarkan badan, dan menyiapkan pandangan yang fokus dan tangan terus menggapai ke atas agar pikiran hanya pada tujuan dan tangan selalu siap dan sigap dalam membantu menggapai puncak dari tembok tersebut.

Yeah right.. bla.. bla.. bla..
hahahaha.. I know..
santai lah..

Kalo semua itu terasa ribet dan udah buat berat kepala duluan, maka salah satu guru gue, James Gwee (courtesy from AXA Mandiri, Exelence is my life's national seminar & gathering) bilang, bukan cari 'how', karena ampe taun jebot juga lo gak akan tau 'how'-nya karena lo belom pernah melakukannya!! Yang dicari 'who'.. karena si-'who' itu udah pernah melakukannya, dan elo tinggal belajar sama dia..

Yeah right again..
gak semua mentor bisa dideketin dengan gampang kali..

But some times u don't have to searching the "it" mentor to guide you out from the dark age, but more from around us that make our daily surrounding, that their presence is available in anytime but we often miss the opportunity even failed to ask nor to listen. Your boss, friend, parents, family, spouse, even from your younger brother or your child, and so much more from TV, radio, internet, etc. Trus kalo mau lebih mantab, the "it" mentor biasanya menulis buku untuk membagikan pengalaman dia kepada masyaraka. Dan kita bisa dengan murah membeli pengalaman hidupnya yang membuat dia sukses luar biasa hanya di toko buku terdekat. Memang lebih enak lagi kalo kita mendengar langsung dengan ikut seminarnya, atau lebih mantabh lagi bila di-coaching langsung oleh sang trainer/mentor.. tapi itu pasti high-budget lah..

But in the end, it's all about you. Whether you want a succeed in life or not, whether you are willing enough to learn more than you are already comfort right now, whether you can keep up with your dream rather than lay back and enjoy the sight seeing..
Well, its a whole different story..

Until then,
Stay Grand and Focus

By Hendrik J.Silitonga/Skandal

0 komentar: